BERITA UNIK
Keliling Dunia dengan Delapan Potong Busana
Liana Garcia
Desainer asal Bali ini menjelaskan, sehelai busana dapat dikenakan sedikitnya dengan tiga gaya. Misalnya, dari 12 set busana yang ia tampilkan, Oka mengaku hanya memakai delapan potong. Kombinasi mix 'n match dan kreasi styling menjadi pilihan utama dalam koleksinya kali ini.

"Perempuan biasanya selalu direpotkan dengan koper-koper besar berisi tumpukan baju waktu bepergian. Padahal itu semua tidak perlu. Melalui koleksi saya yang terbaru ini, bisa menjadi solusi bagaimana bepergian dalam waktu lama dengan sedikit membawa baju," urai Oka kepada INILAH.COM, di sela-sela perhelatan Jakarta Fashion Week, pekan lalu.

Ada satu baju yang dijadikan jadikan rok pendek berdraperi oleh Oka. Semua dikombinasikan dengan sangat matang dan dewasa.

"Di model lain, saya jadikan dress atau blouse, dan untuk tampilan ketiga Saya ubah jadi bolero atau jaket," jelas Oka.

Hampir secara keseluruhan busana multifungsi ini menggunakan velvet dan wool, dengan warna netral seperti abu-abu dan hitam, karena lebih mudah dipadukan dengan warna apapun.


Pashmina dan Batik, Kolaborasi Empat Perancang
Liana Garcia

(fashionweek)

Dengan membawa gaya rancangannya masing-masing, Sebastian Gunawan, Priyo Oktaviano, Malini Ramani dan Tarun Tahiliani sukses mengolah kain khas Indonesia dan India menjadi busana cantik dan anggun di ajang JFW, Sabtu malam, [14/11].

Sebastian Gunawan atau biasa disapa dengan nama Seba, memamerkan garis rancang feminin dan anggun dengan mengeksplorasi selendang khas India, Pashmina. Boleh dibilang palet hitam dengan sentuhan etnik romantis mewarnai sebagian besar koleksinya yang berjumlah 16 set tersebut.

Jika Seba kental dengan unsur femininitas, beda dengan Priyo Oktaviano yang menampilkan gaya gothic dan edgy dengan kain Kantha sari sutera satin dari daerah Bengali di India. Pola konstruktif, asimetris serta banyak detail draperi sangat mencerminkan ciri khas rancangannya yang banyak bermain dengan cutting.

Sementara dari India, Malini dan Tarun menggunakan ragam batik dan tenun dari Cita Tenun Indonesia, Allure dan Afif Syakur. Gaya rock chic dengan sentuhan feminin hadir dari tangan kreatif Malini.

Garis rancang yang disebutnya rock star meets Indian princess ini diperkaya dengan banyak detail embroidery, payet dan manik serta logam di atas kain batik, jersey, lace dan tenun.

"Saya belum pernah menciptakan busana seperti ini sebelumnya. Ada sedikit perasaan gugup saat mulai mengerjakannya, karena saya ingin membuat baju mewah, gemerlap dan outstanding, dan ini sulit untuk diwujudkan," aku Malini.

Sementara Tarun menampilkan busana tradisional India dengan gaya kontemporer. Desainer yang berkarier sejak 1987 ini memadukan beragam motif, warna dan tekstur, menghasilkan busana kaya warna dengan unsur etnik yang cukup kental.

"Saya menggunakan 2-3 motif batik dalam satu busana. Bahan 100% dari Indonesia, tapi saya tuangkan dalam gaya busana India. Jadi ada blouse pendek, dengan rok panjang berdraperi dan selendang. Apa yang saya buat ini jauh berbeda dengan kebiasaan yang saya lakukan," jelas Tarun.

Yah, yang pasti empat desainer ini sukses mewujudkan kolaborasi budaya Indonesia dan India. Dan ini membuktikan bahwa dari busana dapat terjadi hubungan intim yang dapat menginspirasi desain dan rancangan busana yang multietnik.

Perayaan Halloween di Kastil Frankenstein

Perayaan Halloween di Kastil Frankenstein di Darmstadt, Jerman.

Setiap tahun pada malam 31 Oktober diperingati sejumlah masyarakat di berbagai negara sebagai malam Halloween. Meskipun sekarang terkenal di Amerika Serikat, Halloween sebenarnya berasal dari Eropa. Salah satu buktinya terlihat di Kastil Frankenstein, dekat Kota Darmstadt, Jerman.

Kastil Frankenstein pertama kali masuk peta pada 1252 dengan nama Kastil Frangenstein. Nama itu lantas disesuaikan dengan nama pendirinya Friedrich von Frankenstein. Kastil Frankenstein pun menjadi salah satu pilihan utama merayakan Halloween di Jerman sebab dikaitkan dengan legenda mayat hidup yang menyeramkan. Setiap tahun sejak 1977 perayaan Halloween di Jerman dirayakan pada malam 31 Oktober.

Halloween berkembang dari tradisi pagan all hallows day. Hari itu dipercaya sebagai hari saat roh orang-orang yang telah meninggal dunia setahun sebelumnya, kembali mencari tubuh-tubuh yang dapat dirasuki pada tahun berikutnya. Menurut kepercayaan pagan, pada masa Halloween semua hukum ruang dan waktu ditangguhkan sehingga dunia spiritual berinteraksi dengan dunia konkret.

Kini ritual pagan itu telah pudar namun tradisi berkostum terus berkembang. Bahkan tak terbatas pada kostum makhluk halus tapi juga kostum tokoh idola anak-anak. Tradisi Halloween dipercaya dibawa ke AS pada 1840-an oleh imigran Irlandia. Sekarang Halloween moderen telah didominasi nuansa budaya negara adidaya itu. Malahan pesta di Jerman ini diramaikan aksi meniru tokoh film-film horor Hollywood.

Sementara di India, pesta tahunan itu dimanfaatkan para guru dan sukarelawan untuk membantu anak-anak mengatasi rasa takut pada hantu. Kendati tradisi ini di India tak sepopuler di negara barat khususnya AS. Tapi tradisi ini dipandang cukup ampuh mengatasi rasa takut terhadap hantu. Hal ini dipraktikkan para guru di Taman Kanak-kanak Pretty Petal di Bhopal.

Para murid didandani dan mengenakan beragam kostum hantu, mulai dari makhluk kerdil hingga makhluk seram berambut panjang. Lazimnya pesta Halloween, anak-anak kemudian berkeliling dari rumah ke rumah untuk meminta permen dan cokelat. Mereka terlihat senang dengan kostum tersebut. Anak-anak itu bahkan saling berkelakar dan menakut-nakuti satu sama lain.
Anak-anak India konon dihinggapi rasa takut yang berlebihan terhadap hantu. Orang tua mereka kerap menakuti-nakuti dengan hantu bila si anak melakukan kesalahan.

Salah seorang staf TK mengatakan dengan merayakan tradisi Halloween, pihaknya berharap dapat menghapus rasa takut hantu yang berlebihan pada anak-anak. Walaupun, mereka masih mempercayai adanya hantu.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

0 Response to " "

Posting Komentar